Tentang Kami
Sejarah panjang Yayasan Mardi Yuana dimulai ketika pada tahun 1936 berdiri Yayasan Claver yang dikelola oleh para imam Jesuit untuk menangani pendidikan sekolah-sekolah di Sukabumi. Kemudian di tahun 1939 peran tersebut diteruskan oleh Yayasan Odorikus yang kemudian didirikan untuk menggantikan Yayasan Claver. Tepatnya pada tanggal 26 Agustus 1949 karya itu diteruskan oleh Yayasan Mardi Yuana yang saat itu lebih dulu bernama Yayasan Perguruan Mardi Yuana. Yayasan Mardi Yuana memiliki perjalanan panjang yang tidak bisa dipisahkan dengan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Peristiwa kemerdekaan ini telah menyemangati bangsa Indonesia untuk memiliki kesadaran diri akan pencapaian hidup yang lebih baik. Demikian juga dengan masyarakat Jawa Barat yang termotivasi untuk dapat mencapai hidup layak, maju dan sejahtera. Masyarakat Jawa Barat kala itu dikatakan menyadari pendidikan atau sekolah adalah jalan yang paling efektif. Syarat utama untuk transformasi hidup adalah pendidikan. Tingkat perkembangan jiwa akan dicapai ketika seseorang mengenyam pendidikan yang bermutu dan sanggup membina watak. Situasi ini ditangkap dan ditanggapi oleh Monsinyur Profesor Doktor Paternus Nicholas Joannes Cornelius Geise O.F.M. yang kala itu juga ditunjuk sebagai Prefektur Apostolik Sukabumi atau yang saat ini kita kenal sebagai Keuskupan Sufragan Bogor. Beliau dikenal sebagai sosok pemimpin yang bijaksana dan pandai membaca situasi serta tanda-tanda zaman. Beliau mengatakan bahwa berkat kemerdekaan, bangsa Indonesia menyadari pendidikan adalah syarat pokok untuk dapat hidup maju. Pendidikan diyakini mampu menjadi alat transformasi hidup; menjadikan manusia mampu belajar dan berpikir tertib dan teratur. Menurut beliau pendidikan sekolah katolik di daerah, haruslah sungguh mengantar anak didik menuju kedewasaan dan kematangan pribadi, membentuk pribadi yang cerdas dan berkualitas. Pendidikan harus demi pendidikan, bukan untuk menggiring dan menjadikan orang menjadi katolik. Bagi beliau iman kepercayaan merupakan karunia Allah yang sekali-kali tidak terikat pada usaha pendidikan sekolah katolik, walaupun iman memerlukan tingkat perkembangannya antara lain dalam pendidikan. Prinsip dan pendapat Monsinyur Geise inilah yang menjadi motivasi bagi berdiri dan berkembangnya Yayasan Mardi Yuana di wilayah Keuskupan Bogor. Secara de facto Yayasan Mardi Yuana didirikan pada tanggal 1 Agustus 1947 oleh Prefektur Apostolik Sukabumi, Monsinyur Profesor Doktor Paternus Nicholas Joannes Cornelius Geise, O.F.M. Secara de jure menjadi badan hukum dengan Akta Pendirian Notaris Sie Kwan Djiou nomor 119 tanggal 26 Agustus 1949. Untuk pertama kali Anggaran Dasar Yayasan diubah dengan Akta Notaris Lie Kwee Nio nomor 81 tanggal 26 November 1960, kemudian diubah dengan Akta Notaris Lanny Hartono, SH nomor 18 tanggal 6 Mei 1986. Dengan adanya Undang-Undang No 16 tahun 2001 tentang Yayasan, di sesuaikanlah Anggaran Dasar Yayasan Mardi Yuana dengan Akta Notaris Tin Hendriawati Sucipto, SH Nomor 11 tanggal 29 Juli 2002. Sekolah yang didirikan awalnya barulah Sekolah Dasar di daerah perkebunan, meliputi pedalaman Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, dan Kabupaten Lebak. Kerja sama terjalin dengan pihak perkebunan yang juga merindukan berdirinya sekolah untuk anak-anak pegawai perkebunan. Bentuk kerja sama waktu itu adalah; pihak Yayasan Mardi Yuana bertanggung jawab untuk menyelenggarakan sekolah, menyediakan guru-guru, dan proses pembelajaran; sedangkan pihak perkebunan bertanggung jawab atas gedung sekolah, sarana-prasarana pembelajaran, dan pembayaran gaji para guru dan pegawai. Kerjasama tersebut berakhir pada tahun 1970an, dan semua tanggung jawab penyelenggaraan persekolahan Mardi Yuana mulai dari tahun tersebut seluruhnya menjadi tanggung jawab Yayasan Mardi Yuana sampai sekarang. Dahulu tercatat 73 sekolah bernaung di bawah Yayasan Mardi Yuana, mulai dari Taman Kanak-kanak hingga Balai Pelatihan Kerja (BLK). Seiring perjalanan waktu dan perkembangan zaman serta dinamika yang terjadi jumlah sekolah mengalami penurunan yang signifikan hingga saat ini hanya tersisa 39 sekolah. Selain itu, nama Rm. Ambrosius Sukarjan Adikarjono, Pr kiranya patut secara khusus dicatat dalam sejarah Mardi Yuana. Beliaulah pencetus nama Mardi Yuana dan pengarang Mars Mardi Yuana. Lagu ini selalu dikumandangkan pada acara-acara resmi sekolah, misalnya, pelepasan siswa, HUT Mardi Yuana, Upacara Bendera dan lain-lain.